Musim kemarau telah tiba, bahaya kebakaran lahan
dan hutan kembali mengancam Banua. Kadaan ini juga merisaukan Sahabat Bekantan
Indonesia (SBI) Kalsel. Betapa tidak, kebakaran hutan dan lahan tahun lalu juga
membuat sejumlah bekantan menjadi korban. Bahkan ada bekantan yang mati akibat
kebakaran hutan.
"Kami memang hanya menemukan dua bekantan yang
jadi korban, bahkan salah satunya mati. Tapi kami yakin masih banyak
lagi," kata Ketua SBI Kalsel, Rezky Amelia.
Tahun lalu, pihaknya sempat menemukan bekantan
di sungai Rutas, Tapin. Selama dua minggu dirawat karena menglami luka bakar,
bekantan bernama Ben itu dilepasliarkan. Pelepasan Ben dilakukan di kawasan
konservasi taman wisata Pulau Bakut, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan
Selatan. Sayangnya Ben mati akibat lukanya itu.
Sekarang juga masih ada bekantan eks korban
kebakaran hutan. Bernama Titik, bekantan itu masih berada di kurungan untuk
menjalani rehabilitasi di kawasan pemulihan bekantan, Sultan Adam. Kebakaran
hutan sendiri bukan hanya menyebabkan bekantan terluka bahkan mati. Tapi juga
membuat hewan khas Kalsel itu punah perlahan karena kehilangan habitatnya.
Kepala Badan Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA)
Kalsel, L Andi Widiyanto melalui Kepala Seksi Konvervasi Wilayah II, Ridwan
Effendi mengatakan, kondisi bekantan termasuk kategori terancam punah.
Berdasarkan data BKSDA Kalsel pada 2015, dari
12 kawasan konservasi ada 700 bekantan. Dan di luar kawasan konservasi ada
sekitar 2000 bekantan. Penyebab menurunnya populasi bekantan ini kebanyakan
karena alih fungsi kawasan hutan yang jadi perkebunan dan lainnya.
Sumber : Koran Banjarmasin Post Edisi Sabtu, 13 Agusuts 2016
0 comments:
Posting Komentar