BANJARMASIN
- model hijab banua, sekaligus anggota dari Sanggar At-tadib,
ternyata pernah beberapa tahun sekolah di pondok pesantren. Hal itu
diungkapkannya ketika ditemui Radar Banjarmasin, Rabu (10/2) kemarin, di
sela-sela kesibukannya sebagai penyiar di salah satu radio terkenal di
Banjarmasin.
Gadis
manis yang akrab disapa Elva ini menuturkan, sampai sekarang ia masih
teringat bagaimana suasana pondok pesantren tercinta. Mulai dari
kebersamaan sampai kepada pelanggaran-pelanggaran yang pernah ia
lakukan.
"Aku dulunya terkenal sebagai pelanggar. Dalam sehari saja, bisa dua kali masuk mahkamah pelanggaran," ucapnya seraya tersenyum.
Elva
juga menceritakan bahwa pelanggaran yang sering kali ia lakukan
berupa persoalan bahasa dan kebersihan. Ya, menurut gadis yang hobi
ngemil makanan ringan ini, di tempatnya mondok, mewajibkan santriwatinya
ketika berkomunikasi harus memakai bahasa Arab atau Inggris. Selain itu
juga menjunjung tinggi kebersihan lingkungan.
"Kalau
sudah melanggar, tegurannya bermacam-macam. Bisa disuruh membersihkan
musola, cabutin rumput sampai memakai kerudung dengan warna
belang-belang," ungkapnya.
Ketika
ditanya pelanggaran apa yang paling berkesan dan seberapa lama ia
menjalani teguran akibat perbuatannya, Elva menjelaskan bahwa ia pernah
mendapat banyak surat cinta santri putra. Padahal, ia sama sekali
tidak pernah menulis surat kepada siapa pun.
"Tiba-tiba
saja waktu jalan ke arah dapur pondok, aku dipanggil bibi yang biasa
masak. Dia bilang ada titipan, ketika kuambil ternyata surat cinta dan
akhirnya ketahuan pihak keamanan pondok yang mengakibatkan aku dapat
teguran. Itu sering terjadi," jelasnya terkekeh.
Ia
melanjutakan, ketika menjalani hukuman karena teguran tersebut, paling
cepat selesai hukuman adalah tiga hari dan paling lama bisa sampai satu
minggu.
"Bayangin
aja, aku makai kerudung belang-belang yang warnanya pun enggak karuan.
Ada biru, merah, hijau stabilo pokoknya kayak es campur. Ketika jalan ke
arah kampung penduduk, otomatis jadi pusat perhatian karena kerudung
tadi," ungkapnya seraya tertawa.
Meskipun
begitu, anak ketiga dari tiga bersaudara ini mengatakan merasa
bersyukur dapat mengenyam pendidikan di pesantren. Menurutnya, di sana
lah ia belajar banyak hal. Mulai dari mendalami lebih khusus ilmu Agama,
sampai membentuk karakter serta rasa percaya diri yang tinggi.
"Di sana, kita diajarkan berbicara di hadapan orang banyak sejak dini. Ditambah lagi, pondok ibarat rumah kedua, kekeluargaannya sangat erat. Sampai sekarang, meskipun hanya tiga tahun pernah di pondok, saya dan kawan-kawan lainnya masih berkomunikasi. Pengalaman di pondok, tidak akan pernah terlupakan sampai kapan pun," pungkasnya. (war/ema)
"Di sana, kita diajarkan berbicara di hadapan orang banyak sejak dini. Ditambah lagi, pondok ibarat rumah kedua, kekeluargaannya sangat erat. Sampai sekarang, meskipun hanya tiga tahun pernah di pondok, saya dan kawan-kawan lainnya masih berkomunikasi. Pengalaman di pondok, tidak akan pernah terlupakan sampai kapan pun," pungkasnya. (war/ema)
0 comments:
Posting Komentar