Pertama, “Pasar Terapung”
sumber foto : jejak borneo.com
Di dunia, orang hanya mengenal 2 pasar terapung, yaitu pasar terapung Banjarmasin dan pasar terapung di Thailand. Keduanya mempunyai perbedaan yang mendasar, kalau pasar terapung Banjarmasin terbentuk secara alami sedangkan pasar terapung di Thailand merupakan pasar terapung buatan. Keduanya tentu mempunyai ciri khas dan kelebihan masing-masing. Pasar terapung Banjarmasin yang pertama kali dikenal orang secara luas adalah pasar terapung yang lokasinya di tepian Sungai Barito, tepatnya di Muara Sungai Kuin, Kota Banjarmasin. Pasar terapung ini bisa mendunia berkat promosi “tidak sengaja” stasiun TV Swasta RCTI. Melalui iklan ID station yang release sekitartahun 1992 dan sempat tayang sekitar dua tahun tersebut bertema tentang aktivitas pedagang di pasar terapung Banjarmasin. Dalam iklan ID Station berdurasi sekitar 32 detik ini, scene dimulai dari tumpukan sayur mayur segar di lapak perahu milik salah satu pedagang lantas bergerak memperlihatkan aktifitas para pedagang pasar terapung diatas perahu yang bergoyang-goyang diayun ombak sungai Barito. Dalam video yang terlihat begitu menyegarkan mata itu selain memperlihatkan aktifitas perdagangan di pasar terapung juga memperlihatkan banyak atribut budaya khas suku Banjar, diantaranya adalah cara berpakaian ibu-ibu pedagang yang terlihat khas (terutama lilitan penutup di kepala ibu-ibu) dan keberadaan si cantik nan eksotis tanggui (topi caping lebar khas Suku Banjar) yang masih eksis ditengah masyarakat sampai sekarang. Video diakhiri dengan adegan seorang acil pedagang sayur mayur yang tadinya tampak sedang membungkuk merapikan dagangannya tiba-tiba bangkit dan langsung mengacungkan jempol kanannya sebagai visualisasi dari ID tagline, RCTI saat itu. RCTI OK! Tapi sayang pasar terapung tertua di Kota Banjarmasin ini kondisinya sekarang sangat memprihatinkan, jauh berbeda dengan visualisasi dalam iklan ID tagline, RCTI dua dasawarsa silam. Kondisinya seperti “hidup segan mati tak mau”. Memang posisinya sudah ada yang menggantikan, yaitu saudara muda “pasar terapung Lok Baintan” yang suasananya mengingatkan saya ketika pertama kali melihat pasar terapung di muara Sungai Kuin awal tahun 2000 silam. Cultural sense-nya masih terasa hidup dan segar. Pasar terapung yang pamornya semakin melejit ini berada di DAS Martapura, Kabupaten Banjar Pasar terapung mempunyai beberapa keunikan yang benar-benar tidak biasa. Koloni yang dibentuk oleh sekumpulan perahu pedagang dan pembeli yang diayun-ayun riak ombak di tengah sungai akan memberikan pemandangan baru yang luar biasa mengesankan. Mereka melakukan transaksi jual beli dari atas perahu masing-masing. Menariknya lagi, transaksi jual beli disini masih menggunakan system barter, kecuali transaksi dengan pengunjung atau wisatawan. Barang-barang yang dijual disini mulanya adalah hasil bumi seperti sayuran dan buah-buahan, tapi seiring dengan posisinya sebagai destinasi wisata, barang-barang yang dijual semakin berkembang, hampir semua kebutuhan sehari-hari ada yang menjualnya. Berada ditengah-tengah uniknya aktifitas mereka dari atas perahu yang diayun riak-riak ombak benar-benar memberikan pengalaman dan sensasi luar biasa, apalagi sambil menyeruput teh manis hangat dan menikmati kuliner khas Banjar seperti soto Banjar, nasi kuning, nasi itik Gambut atau kalau mau wadai-wadai khas Banjar yang legit seperti bingka barandam, bingka kentang, kue lam, cucur, kelelepon, gaguduh pisang dsb, semua ada dan dijamin tidak akan pernah terlupakan sampai kapanpun. Tertarik? Ayo jalan-jalan ke Banjarmasin!
Kedua, “pasar 6 in 1” Pasar yang satu ini tergolong unik karena sering membuat orang bingung. Pertama bingung untuk menyebut namanya, kedua bingung untuk menentukan sedang berada di pasar apa, ketiga bingung dimana letak penjual barang yang diinginkan berada. Kenapa bisa begitu? Karena Secara fisik pasar yang terletak paling dekat dengan pelabuhan lama Kota Banjarmasin ini sebenarnya tidak berbeda dengan pasar-pasar rakyat umumnya, yang membedakan pasar ini dengan pasar lainya adalah dari segi nama, tempat dan fungsinya. Pasar ini dijuluki pasar “6 in 1” karena memang sebenarnya ada enam pasar dengan nama dan peruntukan berbeda yang lokasinya satu tempat, yaitu Pasar Sudimampir, Kujajing, Pasar Blauran. Pasar Lima, Pasar Kasbah dan . Kecuali Pasar Sudimampir yang dipisahkan oleh jalan raya, kelima pasar lainnya secara fisik memang benar-benar satu lokasi dan tidak jelas batas teritorialnya. Saya lebih suka menyebut pasar ini sebagai pasar aneka wajah! Sebagai pusat grosir, kecuali sayuran dan buah-buahan semua kebutuhan masyarakat Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah dipasok dari pasar ini, mulai alat elektronik, kendaraan baru dan bekas, alat-alat industri, obat-obatan, bahan bangunan, spare part sampai sembako. Asal tahu saja, disinilah pusat perputaran uang terbesar di Kota Banjarmasin. Tidak jauh dari pasar 6 in 1 ini, kira-kira 5 menit naik sepeda motor terdapat Pasar Induk Antasari yang selalu menjadi rujukan harga sembako untuk wilayah Kalimantan di berita ekonomi RRI pusat Jakarta. Tertarik mencoba berkelana di pasar aneka wajah ini? Segera catat di daftar tujuan liburan anda yang akan datang.
Ketiga, “Pasar Tungging”
Pasar tungging sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pasar malam atau jenis-jenis pasar temporer lainnya di Pulau Jawa. Nama pasar tungging menurut beberapa sumber yang saya dapatkan diambil dari posisi si penjual dan pembeli yang sama-sama jongkok atau nungging saat bertransaksi. Menurut saya inilah pasar rakyat yang sebenarnya, semua segmen bisa masuk dan hampir semua barang yang menjadi kebutuhan rumah tangga dijual disini dengan harga yang merakyat. Di Banjarmasin ada dua jenis pasar tungging, yaitu pasar tungging yang sifatnya menetap, letaknya di sepanjang jalan Belitung Banjarmasin dan pasar tungging temporer dengan perputaran seminggu sekali. sesuai hari jualan.. Keberadaan pasar tungging di Banjarmasin meskipun sudah ada sejak dulu, tapi sampai detik ini masih menjadi perdebatan di masyarakat, di satu sisi pasar yang rata-rata aktif mulai petang sampai tengah malam ini menjadi wadah yang efektif bagi upaya pemberdayaan dan peningkatan perekonomian masyarakat khususnya menengah kebawah, tapi di sisi lain juga banyak menimbulkan masalah sosial yang meresahkan masyarakat. Letakknya yang dipinggir jalan raya dinilai beberapa pihak sangat membahayakan tidak hanya bagi para pedagang dan pembeli tapi juga para pengguna jalan yang melintas. Warga sekitar lokasi juga merasa terganggu, karena keberadaan pasar tungging ditengarai menyebabkan kenyamanan dan keamanan lingkungan mereka jadi terganggu. Suara bising, sampah, aksi premanisme dan berbagai tindakan kriminal yang sering muncul, menjadi alasan mereka untuk menolak kehadiran pasar tungging di sekitar mereka. Karena penolakan sebagian warga inilah, pasar tungging yang di pertengahan tahun 2000-an sempat diwacanakan untuk dilegalkan statusnya, bahkan juga diwacanakan untuk dijadikan ikon wisata belanja yang murah meriah akhirnya dibatalkan. Terlepas dari semua pro dan kontra di masyarakat, keberadaan pasar tungging memang memberi warna berbeda bagi malam-malam yang selalu memberi kesan di Kota Banjarmasin. Rasanya selain ke pasar terapung, belum lengkap bila jalan-jalan ke Kota Banjrmasin tidak sempat merasakan asyiknya “nungging” bertransaksi barang-barang buruan.
Keempat, “Pasar Wadai” Wadai dalam bahasa Indonesia artinya kue. Walaupun artinya pasar kue, tapi pasar yang satu tidak hanyamenjual kue saja, hampir semua kuliner khas Banjar ada di sini. Disinilah sorga penikmat kuliner berlabuh. Soto Banjar, Gulai Kambing Banjar, Katupat Kandangan, Nasi Itik Gambut, Nasi kuning, Gulai Kepala Ikan, Rawon Banjar, Papuyu Masak Habang, Haruan Baubar dan Pais Ikan Patin merupakan sebagian dari kuliner khas Banjar yang pasti ada di pasar wadai. Sedangkan wadai khas Banjar yang terkenal legit di lidah semuanya ada di sini, baik yang masih umum dijual maupun yang sudah langka atau jarang dijumpai semuanya ada disini. Bingka Barandam, Bingka Kantang, Amparan Tatak, Apam Barabai, Rimpi, Dodol Kandangan, Gaguduh Pisang, Babongko, Wadai Selat, Putu Mayang, Nagasari, Wadai Cincin, Cucur, Kue Kam dan Kelelepon Buntut tentu sudah tidak asing ditelinga dan lidah penikmat kuliner nusantara. Pasar yang satu ini sayangnya tidak secara reguler ada dalam satu wadah atau tempat. Pasar wadai di Banjarmasin biasanya ada saat Bulan Ramadhan saja, sedangkan pada hari-hari diluar Bulan Ramadhan mereka menjual wadai di pasar-pasar umum. Jadi kalau mau merasakan unik dan nikmatnya kuliner khas Banjar, sebaiknya datang ke Banjarmasin pas Bulan Ramadhan tiba. Dijamin lidah para pengunjung akan dimanjakan secara total oleh sorga kuliner yang secara rutin didirikan di tepian atau siring Sungai Martapura tepat di depan Kantor Gubernur Kalimantan Selatan yang lama. Yuk kawan! menikmati sisi lain budaya suku Banjar di bulan penuh hikmah yang penuh warna menggoda.
Sumber: Kompasiana Penulis: Kartika Eka H
Kota Banjarmasin adalah
salah satu kota tua di Pulau Kalimantan. Sebagai pintu masuk Pulau
Kalimantan, Kota Banjarmasin juga dikenal sebagai kota perdagangan yang
penting sejak berabad-abad silam. Sebagai kota perdagangan tentu Kota
Banjarmasin mempunyai banyak pasar sebagai wadah bertemunya pedagang dan
pembeli baik yang sifatnya lokal maupun antar daerah. Uniknya, sebagian
besar pasar-pasar yang sudah berusia cukup tua itu berada di sekitar
pelabuhan, khususnya pelabuhan lama yang terletak di tepian Sungai
Martapura, seberang Kantor Wali Kota Banjarmasin sekarang. Pelabuhan
lama ini usianya juga tidak kalah tuanya dengan pasar-pasar yang ada
disekitarnya. Sayang, seiring lancarnya jalur transportasi darat di
Pulau Kalimantan, pelabuhan lama yang konon dulunya sangat ramai
disinggahi kapal-kapal besar antar pulau, dari hari kehari nasibnya
semakin merana dan akhirnya sekarang ditutup dari aktifitas bongkar muat
barang. Keberadaannya sekarang menjadi kawasan cagar budaya dan tempat
pariwisata.
Kondisi pelabuhan lama berbanding terbalik dengan pasar-pasar
disekitarnya yang awal tumbuh dan berkembangnya bersama-sama.
Pasar-pasar tersebut sekarang menjelma menjadi kawasan perekonomian
rakyat terpenting di Kota Banjarmasin dengan ciri dan keunikannya
masing-masing. Diantara sekian banyak pasar di Kota Banjarmasin, ada
empat pasar yang mempunyai keunikan khas yang tidak dimiliki oleh
pasar-pasar lain dimanapun.
Pertama, “Pasar Terapung”
sumber foto : jejak borneo.com
Di dunia, orang hanya mengenal 2 pasar terapung, yaitu pasar terapung
Banjarmasin dan pasar terapung di Thailand. Keduanya mempunyai perbedaan
yang mendasar, kalau pasar terapung Banjarmasin terbentuk secara alami
sedangkan pasar terapung di Thailand merupakan pasar terapung buatan.
Keduanya tentu mempunyai ciri khas dan kelebihan masing-masing.
Pasar terapung Banjarmasin yang pertama kali dikenal orang secara luas
adalah pasar terapung yang lokasinya di tepian Sungai Barito, tepatnya
di Muara Sungai Kuin, Kota Banjarmasin. Pasar terapung ini bisa mendunia
berkat promosi “tidak sengaja” stasiun TV Swasta RCTI. Melalui iklan ID
station yang release sekitartahun 1992 dan sempat tayang sekitar dua
tahun tersebut bertema tentang aktivitas pedagang di pasar terapung
Banjarmasin. Dalam iklan ID Station berdurasi sekitar 32 detik ini,
scene dimulai dari tumpukan sayur mayur segar di lapak perahu milik
salah satu pedagang lantas bergerak memperlihatkan aktifitas para
pedagang pasar terapung diatas perahu yang bergoyang-goyang diayun ombak
sungai Barito. Dalam video yang terlihat begitu menyegarkan mata itu
selain memperlihatkan aktifitas perdagangan di pasar terapung juga
memperlihatkan banyak atribut budaya khas suku Banjar, diantaranya
adalah cara berpakaian ibu-ibu pedagang yang terlihat khas (terutama
lilitan penutup di kepala ibu-ibu) dan keberadaan si cantik nan eksotis
tanggui (topi caping lebar khas Suku Banjar) yang masih eksis ditengah
masyarakat sampai sekarang. Video diakhiri dengan adegan seorang acil
pedagang sayur mayur yang tadinya tampak sedang membungkuk merapikan
dagangannya tiba-tiba bangkit dan langsung mengacungkan jempol kanannya
sebagai visualisasi dari ID tagline, RCTI saat itu. RCTI OK!
Tapi sayang pasar terapung tertua di Kota Banjarmasin ini kondisinya
sekarang sangat memprihatinkan, jauh berbeda dengan visualisasi dalam
iklan ID tagline, RCTI dua dasawarsa silam. Kondisinya seperti “hidup
segan mati tak mau”. Memang posisinya sudah ada yang menggantikan, yaitu
saudara muda “pasar terapung Lok Baintan” yang suasananya mengingatkan
saya ketika pertama kali melihat pasar terapung di muara Sungai Kuin
awal tahun 2000 silam. Cultural sense-nya masih terasa hidup dan segar.
Pasar terapung yang pamornya semakin melejit ini berada di DAS
Martapura, Kabupaten Banjar
Pasar terapung mempunyai beberapa keunikan yang benar-benar tidak biasa.
Koloni yang dibentuk oleh sekumpulan perahu pedagang dan pembeli yang
diayun-ayun riak ombak di tengah sungai akan memberikan pemandangan baru
yang luar biasa mengesankan. Mereka melakukan transaksi jual beli dari
atas perahu masing-masing. Menariknya lagi, transaksi jual beli disini
masih menggunakan system barter, kecuali transaksi dengan pengunjung
atau wisatawan. Barang-barang yang dijual disini mulanya adalah hasil
bumi seperti sayuran dan buah-buahan, tapi seiring dengan posisinya
sebagai destinasi wisata, barang-barang yang dijual semakin berkembang,
hampir semua kebutuhan sehari-hari ada yang menjualnya.
Berada ditengah-tengah uniknya aktifitas mereka dari atas perahu yang
diayun riak-riak ombak benar-benar memberikan pengalaman dan sensasi
luar biasa, apalagi sambil menyeruput teh manis hangat dan menikmati
kuliner khas Banjar seperti soto Banjar, nasi kuning, nasi itik Gambut
atau kalau mau wadai-wadai khas Banjar yang legit seperti bingka
barandam, bingka kentang, kue lam, cucur, kelelepon, gaguduh pisang dsb,
semua ada dan dijamin tidak akan pernah terlupakan sampai kapanpun.
Tertarik? Ayo jalan-jalan ke Banjarmasin!
Kedua, “pasar 6 in 1”
Pasar yang satu ini tergolong unik karena sering membuat orang bingung.
Pertama bingung untuk menyebut namanya, kedua bingung untuk menentukan
sedang berada di pasar apa, ketiga bingung dimana letak penjual barang
yang diinginkan berada. Kenapa bisa begitu? Karena Secara fisik pasar
yang terletak paling dekat dengan pelabuhan lama Kota Banjarmasin ini
sebenarnya tidak berbeda dengan pasar-pasar rakyat umumnya, yang
membedakan pasar ini dengan pasar lainya adalah dari segi nama, tempat
dan fungsinya. Pasar ini dijuluki pasar “6 in 1” karena memang
sebenarnya ada enam pasar dengan nama dan peruntukan berbeda yang
lokasinya satu tempat, yaitu Pasar Sudimampir, Kujajing, Pasar Blauran.
Pasar Lima, Pasar Kasbah dan Pasar Baru. Kecuali Pasar Sudimampir yang
dipisahkan oleh jalan raya, kelima pasar lainnya secara fisik memang
benar-benar satu lokasi dan tidak jelas batas teritorialnya. Saya lebih
suka menyebut pasar ini sebagai pasar aneka wajah! Sebagai pusat grosir,
kecuali sayuran dan buah-buahan semua kebutuhan masyarakat Kalimantan
Selatan dan Kalimantan Tengah dipasok dari pasar ini, mulai alat
elektronik, kendaraan baru dan bekas, alat-alat industri, obat-obatan,
bahan bangunan, spare part sampai sembako. Asal tahu saja, disinilah
pusat perputaran uang terbesar di Kota Banjarmasin.
Tidak jauh dari pasar 6 in 1 ini, kira-kira 5 menit naik sepeda motor
terdapat Pasar Induk Antasari yang selalu menjadi rujukan harga sembako
untuk wilayah Kalimantan di berita ekonomi RRI pusat Jakarta. Tertarik
mencoba berkelana di pasar aneka wajah ini? Segera catat di daftar
tujuan liburan anda yang akan datang.
Ketiga, “Pasar Tungging”
1419094140677380221
Pasar tungging sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pasar malam atau
jenis-jenis pasar temporer lainnya di Pulau Jawa. Nama pasar tungging
menurut beberapa sumber yang saya dapatkan diambil dari posisi si
penjual dan pembeli yang sama-sama jongkok atau nungging saat
bertransaksi. Menurut saya inilah pasar rakyat yang sebenarnya, semua
segmen bisa masuk dan hampir semua barang yang menjadi kebutuhan rumah
tangga dijual disini dengan harga yang merakyat.
Di Banjarmasin ada dua jenis pasar tungging, yaitu pasar tungging yang
sifatnya menetap, letaknya di sepanjang jalan Belitung Banjarmasin dan
pasar tungging temporer dengan perputaran seminggu sekali. sesuai hari
jualan.. Keberadaan pasar tungging di Banjarmasin meskipun sudah ada
sejak dulu, tapi sampai detik ini masih menjadi perdebatan di
masyarakat, di satu sisi pasar yang rata-rata aktif mulai petang sampai
tengah malam ini menjadi wadah yang efektif bagi upaya pemberdayaan dan
peningkatan perekonomian masyarakat khususnya menengah kebawah, tapi di
sisi lain juga banyak menimbulkan masalah sosial yang meresahkan
masyarakat. Letakknya yang dipinggir jalan raya dinilai beberapa pihak
sangat membahayakan tidak hanya bagi para pedagang dan pembeli tapi juga
para pengguna jalan yang melintas. Warga sekitar lokasi juga merasa
terganggu, karena keberadaan pasar tungging ditengarai menyebabkan
kenyamanan dan keamanan lingkungan mereka jadi terganggu. Suara bising,
sampah, aksi premanisme dan berbagai tindakan kriminal yang sering
muncul, menjadi alasan mereka untuk menolak kehadiran pasar tungging di
sekitar mereka. Karena penolakan sebagian warga inilah, pasar tungging
yang di pertengahan tahun 2000-an sempat diwacanakan untuk dilegalkan
statusnya, bahkan juga diwacanakan untuk dijadikan ikon wisata belanja
yang murah meriah akhirnya dibatalkan. Terlepas dari semua pro dan
kontra di masyarakat, keberadaan pasar tungging memang memberi warna
berbeda bagi malam-malam yang selalu memberi kesan di Kota Banjarmasin.
Rasanya selain ke pasar terapung, belum lengkap bila jalan-jalan ke Kota
Banjrmasin tidak sempat merasakan asyiknya “nungging” bertransaksi
barang-barang buruan.
Keempat, “Pasar Wadai”
Wadai dalam bahasa Indonesia artinya kue. Walaupun artinya pasar kue,
tapi pasar yang satu tidak hanyamenjual kue saja, hampir semua kuliner
khas Banjar ada di sini. Disinilah sorga penikmat kuliner berlabuh. Soto
Banjar, Gulai Kambing Banjar, Katupat Kandangan, Nasi Itik Gambut, Nasi
kuning, Gulai Kepala Ikan, Rawon Banjar, Papuyu Masak Habang, Haruan
Baubar dan Pais Ikan Patin merupakan sebagian dari kuliner khas Banjar
yang pasti ada di pasar wadai. Sedangkan wadai khas Banjar yang terkenal
legit di lidah semuanya ada di sini, baik yang masih umum dijual maupun
yang sudah langka atau jarang dijumpai semuanya ada disini. Bingka
Barandam, Bingka Kantang, Amparan Tatak, Apam Barabai, Rimpi, Dodol
Kandangan, Gaguduh Pisang, Babongko, Wadai Selat, Putu Mayang, Nagasari,
Wadai Cincin, Cucur, Kue Kam dan Kelelepon Buntut tentu sudah tidak
asing ditelinga dan lidah penikmat kuliner nusantara. Pasar yang satu
ini sayangnya tidak secara reguler ada dalam satu wadah atau tempat.
Pasar wadai di Banjarmasin biasanya ada saat Bulan Ramadhan saja,
sedangkan pada hari-hari diluar Bulan Ramadhan mereka menjual wadai di
pasar-pasar umum. Jadi kalau mau merasakan unik dan nikmatnya kuliner
khas Banjar, sebaiknya datang ke Banjarmasin pas Bulan Ramadhan tiba.
Dijamin lidah para pengunjung akan dimanjakan secara total oleh sorga
kuliner yang secara rutin didirikan di tepian atau siring Sungai
Martapura tepat di depan Kantor Gubernur Kalimantan Selatan yang lama.
Yuk kawan! menikmati sisi lain budaya suku Banjar di bulan penuh hikmah
yang penuh warna menggoda.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/kaekaha.4277/pasar-pasar-unik-khas-kota-banjarmasin_54f38d59745513a22b6c78bd
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/kaekaha.4277/pasar-pasar-unik-khas-kota-banjarmasin_54f38d59745513a22b6c78bd
Kota Banjarmasin adalah
salah satu kota tua di Pulau Kalimantan. Sebagai pintu masuk Pulau
Kalimantan, Kota Banjarmasin juga dikenal sebagai kota perdagangan yang
penting sejak berabad-abad silam. Sebagai kota perdagangan tentu Kota
Banjarmasin mempunyai banyak pasar sebagai wadah bertemunya pedagang dan
pembeli baik yang sifatnya lokal maupun antar daerah. Uniknya, sebagian
besar pasar-pasar yang sudah berusia cukup tua itu berada di sekitar
pelabuhan, khususnya pelabuhan lama yang terletak di tepian Sungai
Martapura, seberang Kantor Wali Kota Banjarmasin sekarang. Pelabuhan
lama ini usianya juga tidak kalah tuanya dengan pasar-pasar yang ada
disekitarnya. Sayang, seiring lancarnya jalur transportasi darat di
Pulau Kalimantan, pelabuhan lama yang konon dulunya sangat ramai
disinggahi kapal-kapal besar antar pulau, dari hari kehari nasibnya
semakin merana dan akhirnya sekarang ditutup dari aktifitas bongkar muat
barang. Keberadaannya sekarang menjadi kawasan cagar budaya dan tempat
pariwisata.
Kondisi pelabuhan lama berbanding terbalik dengan pasar-pasar
disekitarnya yang awal tumbuh dan berkembangnya bersama-sama.
Pasar-pasar tersebut sekarang menjelma menjadi kawasan perekonomian
rakyat terpenting di Kota Banjarmasin dengan ciri dan keunikannya
masing-masing. Diantara sekian banyak pasar di Kota Banjarmasin, ada
empat pasar yang mempunyai keunikan khas yang tidak dimiliki oleh
pasar-pasar lain dimanapun.
Pertama, “Pasar Terapung”
sumber foto : jejak borneo.com
Di dunia, orang hanya mengenal 2 pasar terapung, yaitu pasar terapung
Banjarmasin dan pasar terapung di Thailand. Keduanya mempunyai perbedaan
yang mendasar, kalau pasar terapung Banjarmasin terbentuk secara alami
sedangkan pasar terapung di Thailand merupakan pasar terapung buatan.
Keduanya tentu mempunyai ciri khas dan kelebihan masing-masing.
Pasar terapung Banjarmasin yang pertama kali dikenal orang secara luas
adalah pasar terapung yang lokasinya di tepian Sungai Barito, tepatnya
di Muara Sungai Kuin, Kota Banjarmasin. Pasar terapung ini bisa mendunia
berkat promosi “tidak sengaja” stasiun TV Swasta RCTI. Melalui iklan ID
station yang release sekitartahun 1992 dan sempat tayang sekitar dua
tahun tersebut bertema tentang aktivitas pedagang di pasar terapung
Banjarmasin. Dalam iklan ID Station berdurasi sekitar 32 detik ini,
scene dimulai dari tumpukan sayur mayur segar di lapak perahu milik
salah satu pedagang lantas bergerak memperlihatkan aktifitas para
pedagang pasar terapung diatas perahu yang bergoyang-goyang diayun ombak
sungai Barito. Dalam video yang terlihat begitu menyegarkan mata itu
selain memperlihatkan aktifitas perdagangan di pasar terapung juga
memperlihatkan banyak atribut budaya khas suku Banjar, diantaranya
adalah cara berpakaian ibu-ibu pedagang yang terlihat khas (terutama
lilitan penutup di kepala ibu-ibu) dan keberadaan si cantik nan eksotis
tanggui (topi caping lebar khas Suku Banjar) yang masih eksis ditengah
masyarakat sampai sekarang. Video diakhiri dengan adegan seorang acil
pedagang sayur mayur yang tadinya tampak sedang membungkuk merapikan
dagangannya tiba-tiba bangkit dan langsung mengacungkan jempol kanannya
sebagai visualisasi dari ID tagline, RCTI saat itu. RCTI OK!
Tapi sayang pasar terapung tertua di Kota Banjarmasin ini kondisinya
sekarang sangat memprihatinkan, jauh berbeda dengan visualisasi dalam
iklan ID tagline, RCTI dua dasawarsa silam. Kondisinya seperti “hidup
segan mati tak mau”. Memang posisinya sudah ada yang menggantikan, yaitu
saudara muda “pasar terapung Lok Baintan” yang suasananya mengingatkan
saya ketika pertama kali melihat pasar terapung di muara Sungai Kuin
awal tahun 2000 silam. Cultural sense-nya masih terasa hidup dan segar.
Pasar terapung yang pamornya semakin melejit ini berada di DAS
Martapura, Kabupaten Banjar
Pasar terapung mempunyai beberapa keunikan yang benar-benar tidak biasa.
Koloni yang dibentuk oleh sekumpulan perahu pedagang dan pembeli yang
diayun-ayun riak ombak di tengah sungai akan memberikan pemandangan baru
yang luar biasa mengesankan. Mereka melakukan transaksi jual beli dari
atas perahu masing-masing. Menariknya lagi, transaksi jual beli disini
masih menggunakan system barter, kecuali transaksi dengan pengunjung
atau wisatawan. Barang-barang yang dijual disini mulanya adalah hasil
bumi seperti sayuran dan buah-buahan, tapi seiring dengan posisinya
sebagai destinasi wisata, barang-barang yang dijual semakin berkembang,
hampir semua kebutuhan sehari-hari ada yang menjualnya.
Berada ditengah-tengah uniknya aktifitas mereka dari atas perahu yang
diayun riak-riak ombak benar-benar memberikan pengalaman dan sensasi
luar biasa, apalagi sambil menyeruput teh manis hangat dan menikmati
kuliner khas Banjar seperti soto Banjar, nasi kuning, nasi itik Gambut
atau kalau mau wadai-wadai khas Banjar yang legit seperti bingka
barandam, bingka kentang, kue lam, cucur, kelelepon, gaguduh pisang dsb,
semua ada dan dijamin tidak akan pernah terlupakan sampai kapanpun.
Tertarik? Ayo jalan-jalan ke Banjarmasin!
Kedua, “pasar 6 in 1”
Pasar yang satu ini tergolong unik karena sering membuat orang bingung.
Pertama bingung untuk menyebut namanya, kedua bingung untuk menentukan
sedang berada di pasar apa, ketiga bingung dimana letak penjual barang
yang diinginkan berada. Kenapa bisa begitu? Karena Secara fisik pasar
yang terletak paling dekat dengan pelabuhan lama Kota Banjarmasin ini
sebenarnya tidak berbeda dengan pasar-pasar rakyat umumnya, yang
membedakan pasar ini dengan pasar lainya adalah dari segi nama, tempat
dan fungsinya. Pasar ini dijuluki pasar “6 in 1” karena memang
sebenarnya ada enam pasar dengan nama dan peruntukan berbeda yang
lokasinya satu tempat, yaitu Pasar Sudimampir, Kujajing, Pasar Blauran.
Pasar Lima, Pasar Kasbah dan Pasar Baru. Kecuali Pasar Sudimampir yang
dipisahkan oleh jalan raya, kelima pasar lainnya secara fisik memang
benar-benar satu lokasi dan tidak jelas batas teritorialnya. Saya lebih
suka menyebut pasar ini sebagai pasar aneka wajah! Sebagai pusat grosir,
kecuali sayuran dan buah-buahan semua kebutuhan masyarakat Kalimantan
Selatan dan Kalimantan Tengah dipasok dari pasar ini, mulai alat
elektronik, kendaraan baru dan bekas, alat-alat industri, obat-obatan,
bahan bangunan, spare part sampai sembako. Asal tahu saja, disinilah
pusat perputaran uang terbesar di Kota Banjarmasin.
Tidak jauh dari pasar 6 in 1 ini, kira-kira 5 menit naik sepeda motor
terdapat Pasar Induk Antasari yang selalu menjadi rujukan harga sembako
untuk wilayah Kalimantan di berita ekonomi RRI pusat Jakarta. Tertarik
mencoba berkelana di pasar aneka wajah ini? Segera catat di daftar
tujuan liburan anda yang akan datang.
Ketiga, “Pasar Tungging”
1419094140677380221
Pasar tungging sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pasar malam atau
jenis-jenis pasar temporer lainnya di Pulau Jawa. Nama pasar tungging
menurut beberapa sumber yang saya dapatkan diambil dari posisi si
penjual dan pembeli yang sama-sama jongkok atau nungging saat
bertransaksi. Menurut saya inilah pasar rakyat yang sebenarnya, semua
segmen bisa masuk dan hampir semua barang yang menjadi kebutuhan rumah
tangga dijual disini dengan harga yang merakyat.
Di Banjarmasin ada dua jenis pasar tungging, yaitu pasar tungging yang
sifatnya menetap, letaknya di sepanjang jalan Belitung Banjarmasin dan
pasar tungging temporer dengan perputaran seminggu sekali. sesuai hari
jualan.. Keberadaan pasar tungging di Banjarmasin meskipun sudah ada
sejak dulu, tapi sampai detik ini masih menjadi perdebatan di
masyarakat, di satu sisi pasar yang rata-rata aktif mulai petang sampai
tengah malam ini menjadi wadah yang efektif bagi upaya pemberdayaan dan
peningkatan perekonomian masyarakat khususnya menengah kebawah, tapi di
sisi lain juga banyak menimbulkan masalah sosial yang meresahkan
masyarakat. Letakknya yang dipinggir jalan raya dinilai beberapa pihak
sangat membahayakan tidak hanya bagi para pedagang dan pembeli tapi juga
para pengguna jalan yang melintas. Warga sekitar lokasi juga merasa
terganggu, karena keberadaan pasar tungging ditengarai menyebabkan
kenyamanan dan keamanan lingkungan mereka jadi terganggu. Suara bising,
sampah, aksi premanisme dan berbagai tindakan kriminal yang sering
muncul, menjadi alasan mereka untuk menolak kehadiran pasar tungging di
sekitar mereka. Karena penolakan sebagian warga inilah, pasar tungging
yang di pertengahan tahun 2000-an sempat diwacanakan untuk dilegalkan
statusnya, bahkan juga diwacanakan untuk dijadikan ikon wisata belanja
yang murah meriah akhirnya dibatalkan. Terlepas dari semua pro dan
kontra di masyarakat, keberadaan pasar tungging memang memberi warna
berbeda bagi malam-malam yang selalu memberi kesan di Kota Banjarmasin.
Rasanya selain ke pasar terapung, belum lengkap bila jalan-jalan ke Kota
Banjrmasin tidak sempat merasakan asyiknya “nungging” bertransaksi
barang-barang buruan.
Keempat, “Pasar Wadai”
Wadai dalam bahasa Indonesia artinya kue. Walaupun artinya pasar kue,
tapi pasar yang satu tidak hanyamenjual kue saja, hampir semua kuliner
khas Banjar ada di sini. Disinilah sorga penikmat kuliner berlabuh. Soto
Banjar, Gulai Kambing Banjar, Katupat Kandangan, Nasi Itik Gambut, Nasi
kuning, Gulai Kepala Ikan, Rawon Banjar, Papuyu Masak Habang, Haruan
Baubar dan Pais Ikan Patin merupakan sebagian dari kuliner khas Banjar
yang pasti ada di pasar wadai. Sedangkan wadai khas Banjar yang terkenal
legit di lidah semuanya ada di sini, baik yang masih umum dijual maupun
yang sudah langka atau jarang dijumpai semuanya ada disini. Bingka
Barandam, Bingka Kantang, Amparan Tatak, Apam Barabai, Rimpi, Dodol
Kandangan, Gaguduh Pisang, Babongko, Wadai Selat, Putu Mayang, Nagasari,
Wadai Cincin, Cucur, Kue Kam dan Kelelepon Buntut tentu sudah tidak
asing ditelinga dan lidah penikmat kuliner nusantara. Pasar yang satu
ini sayangnya tidak secara reguler ada dalam satu wadah atau tempat.
Pasar wadai di Banjarmasin biasanya ada saat Bulan Ramadhan saja,
sedangkan pada hari-hari diluar Bulan Ramadhan mereka menjual wadai di
pasar-pasar umum. Jadi kalau mau merasakan unik dan nikmatnya kuliner
khas Banjar, sebaiknya datang ke Banjarmasin pas Bulan Ramadhan tiba.
Dijamin lidah para pengunjung akan dimanjakan secara total oleh sorga
kuliner yang secara rutin didirikan di tepian atau siring Sungai
Martapura tepat di depan Kantor Gubernur Kalimantan Selatan yang lama.
Yuk kawan! menikmati sisi lain budaya suku Banjar di bulan penuh hikmah
yang penuh warna menggoda.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/kaekaha.4277/pasar-pasar-unik-khas-kota-banjarmasin_54f38d59745513a22b6c78bd
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/kaekaha.4277/pasar-pasar-unik-khas-kota-banjarmasin_54f38d59745513a22b6c78bd